Surah An-nas merupakan surah terakhir dalam Al-Qur’an. Meskipun hanya terdiri dari enam ayat, surah ke-114 ini mengandung makna yang begitu dalam yang jarang orang sadari. Tahukah kamu bahwa setiap ayat pada surah ini memiliki makna dan maksudnya tersendiri? Allah tidak mungkin membuat suatu ayat hanya supaya indah didengar dan dibaca. Setiap kata bahkan setiap huruf Allah tempatkan sebaik-baiknya dan memiliki maksud yang unik. Begitu pun ayat-ayat dalam Surah An-nas.
Mari kita baca sejenak dan perhatikan ayat-ayat pada surah ini. Hati-hati, pemaknaan surah ini perlu konsentrasi yang tinggi supaya tidak terjadi kesalahan dan penafsirannya.
ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ
مَلِكِ النَّاسِۙ
اِلٰهِ النَّاسِۙ
مِنۡ شَرِّ الۡوَسۡوَاسِ ۙ الۡخَـنَّاسِ
الَّذِىۡ يُوَسۡوِسُ فِىۡ صُدُوۡرِ النَّاسِۙ
مِنَ الۡجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Tiga Lapis Perlindungan
Coba perhatikan ayat pertama sampai ketiga. Dalam ayat-ayat tersebut, Allah memerintahkan untuk memanggil-Nya dengan tiga nama yang berbeda yaitu “Rabb“, “Malik“, dan “Ilah“. Ketiga kata tersebut memiliki maknanya masing-masing.
Dalam bahasa Indonesia kita menerjemahkan kata “Rabb” sebagai “Tuhan”. Adapun dalam bahasa Arab, kata ini memiliki makna sebagai ‘pengurus’ atau ‘yang merawat’. Dalam ayat pertama, Allah menyebut diri-Nya sendiri sebagai Sang Rabb yang merawat manusia sebagi makhluknya. Selanjutnya pada ayat kedua, Allah menggunakan kata “Malik” sebagai nama-Nya. Kata tersebut berarti Raja. Seseorang yang memiliki kekuasaan dan tahta tertinggi dalam hierarki kekuasaan. Makna yang bisa kita ambil dari ayat kedua ini adalah bahwa Allah adalah Yang Merajai seluruh makhluknya khususnya dalam konteks ini adalah manusia.
Pada ayat ketiga, kedudukan Allah menjadi semakin tinggi. Allah menyebut diri-Nya sebagai “Ilah” yang biasa kita artikan sebagai “Tuhan”. Lalu apa bedanya dengan makna “Tuhan” pada ayat pertama? Makna Tuhan pada ayat ini adalah dzat yang berhak dan patut disembah. Kata “Ilah” menunjukkan kedudukan Allah sebagai Tuhan yang berhak disembah yang tentu lebih tinggi dari “pengurus“ dan “raja“. Ayat ketiga menunjukkan kedudukan Allah yang paling tinggi, tidak ada apapun yang sebanding dengan-Nya.
Dalam ayat-ayat tersebut, Allah menggunakan nama-nama yang berkaitan dengan kedudukan dan kekuasaan-Nya yang begitu tinggi. Setiap nama yang Allah gunakan menunjukkan satu lapisan perlindungan. Sehingga dalam Surah An-nas perlindungan yang Allah sebutkan adalah tiga lapis perlindungan. Lalu ancaman apa yang begitu berbahaya sehingga Allah menyebutkan sampai tiga lapis perlindungan?
Bahaya yang Begitu Besar
Coba perhatikan kembali ayat keempat pada surah An-nas. Allah menyebutkan sampai tiga lapis perlindungan, padahal bahaya yang disebutkan dalam surah ini hanyalah satu bahaya yaitu yang terkadung dalam ayat keempat, وسواس (waswas). Waswas dalam terjemahan bahasa Indonesia berarti “bisikan”. Namun sebahaya apakah bisikan yang dimaksudkan dalam surah ini?
Waswas sendiri bermakna suatu bisikan setan yang begitu samar yang membisikan kejahatan. Setan tidak akan berhenti membisikkan kejahatan meskipun puluhan atau ribuan kali gagal. Sifat “Khonnaas” menunjukkan sesuatu yang maju-mundur. Maju ketika kita lengah dan mundur ketika kita kuat. Saat kita mengingat Allah, setan mundur dan menunggu waktu kita lengah kembali. Ketika kita lengah, dia akan menyerang membisikan kejahatan ke dalam dada manusia.
Tidak main-main, ayat selanjutnya menjelaskan bahwa setan menyerang bagian paling rapuh dan sensitif pada diri manusia yaitu shuduur (dada) yang terkandung di dalamnya hati kita. Setan memiliki kemampuan untuk membisikan sesuatu ke dalam hati kita sehingga terkadang bisikan itu seolah-olah menyamar menjadi keinginan kita sendiri. Hal ini lah yang menjadikan waswas sebagai ancaman yang begitu berbahaya.
Bahaya yang terkadung dalam Surah An-nas merupakan bahaya yang datang dari dalam diri kita sendiri. Berbeda dengan bahaya dari luar, kita bisa mengetahuinya dan menyiapkan diri untuk menghadapinya. Tapi tidak dengan bahaya yang datang dari dalam diri kita. Hanya Allah lah yang bisa melindungi kita dari bisikan-bisikan itu. Jika kita tafakuri, berbagai kejahatan dan kezaliman yang terjadi dalam sejarah manusia, semua itu pasti berasal dari bisikan-bisikan hati yang menjerumuskan pada kemungkaran. Hal ini menunjukkan betapa bahayanya bisikan kejahatan ini karena ialah akar dari segala kejahatan yang ada.
Tidaklah terjadi suatu kemungkaran kecuali berasal dari niat. Niat tersebut muncul dari dalam hati yang awalnya hanya merupakan biji bisikan yang tumbuh menjadi tindakan kebathilan. Hanya kepada Allah lah kita memohon perlindungan dari kejahatan bisikan-bisikan setan yang bersembunyi. Yang tidak menyerah dan terus mengintai di setiap saat. Jika kita menggantungkan hati kita hanya kepada Allah, niscaya bisikan-bisikan itu tidak akan bisa menjerumuskan kita ke dalam keburukan.
Wallahu a’lam
Sumber:
-
- Tafsir Surah An-nas oleh Nouman Ali Khan: https://www.youtube.com/watch?v=7QFAAgy6_0Y
