Bahaya Terlalu Banyak Mengonsumsi Gula Bagi Anak

pexels-photo-1375565-1375565.jpg

Siapa yang tidak suka gula? Sebuah bumbu penambah rasa makanan yang menghasilkan rasa manis yang membuat kita ketagihan. Seringkali kita mengonsumsi gula saat stress atau sekadar ngemil. Tidak hanya adiktif, gula juga menjadi bahan makanan yang begitu murah dan sangat mudah kita temukan pada berbagai jenis makanan dan minuman (ciki-cikian, wafer, minuman kemasan, dll.) di berbagai toko. Di balik rasanya yang begitu manis dan membuat candu, ternyata gula memiliki sisi pahitnya terutama bagi anak-anak.

Sebenarnya gula itu baik asalkan...

pexels-photo-5083228-5083228.jpg

Dikonsumsi secukupnya. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan bahwa batas konsumsi gula orang dewasa adalah 50 gram atau empat sendok makan. The American Heart Association (AHA) menyarankan konsumsi gula oleh anak tidak lebih dari 25 gram atau 6 sendok teh gula tambahan per hari. Pemerintah di Inggris Raya merekomendasikan konsumsi gula tambahan bagi anak usia 7-10 tahun tidak boleh lebih dari 24 gram. [1]

Gula sebetulnya memiliki manfaat yang baik bagi tubuh kita. Salah satunya yang dapat kita rasakan secara langsung adalah mengurangi stress dan mendatangkan rasa kebahagiaan. Manfaat gula lainnya adalah menjadi sumber energi yang menjadi bahan bakar tubuh kita supaya bisa beraktivitas dengan bertenaga. Adapun bagi makanan, gula dapat meningkatkan cita rasa makanan sehingga terasa gurih dan nikmat. Sering kita temukan penggunaan gula dalam berbagai olahan makanan mulai dari makanan berat hingga makanan ringan.

Pahitnya Gula

pexels-photo-236380-236380.jpg

Siapa sangka, di balik rasanya yang begitu manis gula ternyata begitu berbahaya. Bahkan ada yang mengumpamakan gula sebagai racun yang menghancurkan secara perlahan-lahan sehingga kita tidak menyadarinya. Sudah banyak orang yang merasakan pahitnya gula setelah mereka terkena penyakit diabetes. Hal tersebut disebabkan karena mereka bertahun-tahun menimbun gula di dalam tubuh. Alih-alih menjadi sumber energi, gula yang tidak digunakan (dengan cara beraktivitas aktif seperti berolahraga) akan menumpuk dan menyebabkan berbagai masalah pada tubuh.

Sering kita temui penderita penyakit diabetes yang mayoritas merupakan generasi tua berusia lebih dari 40 tahun. Namun betapa terkejutnya, ternyata penyakit diabetes sudah merambat ke generasi muda dan bahkan ke anak-anak. Saat ditanya, “Bagaimana kamu bisa sampai terkena diabetes di usia se muda itu?” Serempak mereka menjawab, “minuman manis, gula”. Mirisnya beberapa dari mereka harus rutin melakukan cuci darah secara berkala selama hidup mereka.

Menurut CNBC, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut bahwa pada tahun 2023 lalu, kasus diabetes pada anak meningkat hingga 70 kali lipat sejak 2010. Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI Muhammad Faizi mengatakan bahwa kasus diabetes pada anak bahkan bisa lebih tinggi. IDAI mencatat ada sekitar 1.645 anak dari 15 kota besar di Indonesia mengalami diabetes. [2]

Dampak Negatif Gula Pada Anak

pexels-photo-256657-256657.jpg

Anak cenderung hiperaktif dan agresif

Tingginya konsumsi gula akan memicu perilaku anak menjadi lebih hiperaktif dan agresif. Hal tersebut disebabkan karena menumpuknya gula sebagai sumber energi di dalam tubuh sehingga menimbulkan dorongan terhadap anak untuk menjadi sangat aktif. Sifat hiperaktif yang tidak dikendalikan akan menimbulkan perilaku yang agresif sehingga anak mudah marah terutama ketika keinginannya tidak dikabulkan. Perilaku ini akan menimbulkan masalah sosial bagi anak itu sendiri dan orang-orang disekitarnya terutama pada anak lain yang sebaya. [3]

Penurunan daya ingat dan konsentrasi

Anak yang terlalu banyak mengonsumsi gula akan menjadi mudah melamun dan sangat sulit untuk fokus. Pada kasus yang lebih parah, anak bahkan akan kesulitan dalam memahami instruksi sederhana. Hal tersebut akan sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak. Tingginya konsumsi gula akan membuat anak lambat dalam memproses dan mengolah informasi. Potensi anak yang sebenarnya cerdas akan terkubur karena banyaknya tumpukan gula dalam tubuh yang mulai memengaruhi otaknya. [4]
pexels-photo-3905731-3905731.jpg

Obesitas

Saat kecil mungkin terluhat lucu karena anak tampak lebih chubby. Tapi bagaimana ketika anak beranjak dewasa nanti? Obesitas merupakan terlalu tingginya berat badan anak yang disebabkan oleh jumlah lemak dalam tubuh yang terlampau banyaknya. Lemak-lemak yang menumpuk tersebut awalnya merupakan sebuah tumpukan sumber energi. Namun karena tidak digunakan dengan berkegiatan aktif, maka sumber tenaga yang banyak itu menumpuk dan menjadi lemak. Lemak-lemak itu menumpuk dalam tubuh terutama bagian perut dan paha. Bahkan lemak yang semakin menumpuk dapat merambat ke organ tubuh lainnya seperti jantung dan pembuluh darah sehingga menimbulkan banyak penyakit lainnya. [5]

Diabetes

Tidak hanya pada orang tua, diabetes juga dapat menyerang anak-anak. Diabetes adalah penyakit kronis jangka panjang di mana tubuh seseorang tidak lagi bisa mengambil gula (glukosa) kedalam sel dan menjadikannya sumber energi. Pengidap diabetes akan merasakan lapar yang tidak kunjung puas dan terus menerus merasa haus. Jika tidak diatasi sejak dini dan dibiarkan begitu saja, dalam jangka panjang penyakit diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf, masalah fungsi ginjal, gangguan penglihatan, atau stroke. [6]

Anak tidak mampu mengetahui kandungan apa saja yang ada dalam makanan yang mereka konsumsi. Mereka hanya tahu bahwa sesuatu itu enak atau tidak. Sehingga mengatur asupan nutrisi terutama gula pada anak merupakan tanggung jawab kita sebagai orang tua mereka. Gula pada hakikatnya baik bagi tubuh namun ketika dikonsumsi terlalu banyak maka akan menyebabkan banyak masalah baik secara langsung atau pada jangka waktu yang panjang.

Tidak perlu langsung memutus konsumsi gula. Tapi mari perlahan-lahan mulai dari mengurangi konsumsi minuman dan makanan manis di pasaran. Lebih penting lagi, kita harus bisa memberi teladan pada anak untuk hidup lebih sehat. Semoga Allah memberikan kepada kita kesehatan lahir dan batin, aamiin.
Sumber:
Penulis

Muhammad Rizky S.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!