Menurut Pelaksana Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr.Kristiantini,Sp.A., disleksia adalah kelainan pada dasar neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan mengenali kata dengan tepat dalam pengejaan serta mengode simbol. Secara sederhana, disleksia merupakan gangguan pada otak anak yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam membaca dan mengeja.
Apa penyebab disleksia?
Mungkin terkadang terlintas dalam pikiran kita, apakah dileksia merupakan suatu penyakit yang berbahaya? Dan apakah bisa disembuhkan? Sobat saqura tidak perlu khawatir! karena disleksia bukanlah suatu penyakit yang mengancam dan berbahaya.
Disleksia disebabkan oleh hambatan kemampuan mengingat dan pemrosesan informasi pada otak. Sebuah studi oleh Bart Boets, seorang psikolog klinis dari Catholic University of Leuven di Belgia, menunjukkan bahwa hubungan saraf otak anak disleksia cenderung lemah sehingga menyebabkan kesulitan bagi anak untuk bisa mengolah simbol-simbol atau huruf-huruf menjadi suatu rangkaian informasi secara tepat.
Jadi, disleksia bukan sebuah penyakit tapi lebih kepada lambatnya kemampuan mengolah informasi pada saraf otak. Disleksia tidak lah berbahaya. Tapi jika tidak diatasi dengan segera maka akan menghambat anak dalam perkembangan kognitifnya.
Ciri-ciri Disleksia
Menurut Subini, ciri –ciri disleksia adalah sebagai berikut:
- lambat dalam membaca kata demi kata dibandingkan anak seusianya. Intonasi suara juga naik turun tidak beraturan,
- tidak dapat mengucapkan irama kata dengan benar,
- sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya kata lupa >< palu, kuda >< daku. Huruf “b” dibaca “p” atau “q” dibaca “p”,
- sulit memahami kata-kata yang mirip, misalnya rusa dengan lusa, baru dengan batu,dan lain-lain,
- sering mengulangi dan menebak kata-kata,
- kesulitan memahami isi teks dibacanya,
- kesulitan menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukan menjadi kata,
- kesulitan mengeja secara baik dan benar,
- membaca satu kata benar di satu halaman, tapi salah membaca di halaman lainya,
- sering terbalik dalam menulis kalimat, misalnya “ tukang kayu membuat patung” menjadi “ tukang patung membuat kayu”, dan
- lupa meletakkan tanda titik dan tanda baca yang lainya.
Ciri-ciri tersebut merupakan ciri-ciri secara umum yang dialami oleh sebagian anak yang mengalami disleksia dan setiap anak mungkin mengalami ciri-ciri yang berbeda.
Jenis-jenis Disleksia
1. Disleksia Disponesia / Audiotori
Disleksia disponesia juga disebut audiotori/fonologis. Masalah utama terletak pada penyatuan huruf dan suara. Anak-anak penderita disleksia mengalami kesulitan mengenali bunyi huruf atau kata. Anak yang mengalami disleksia disponesia biasanya merasa bingung dengan bunyi huruf yang didengarnya. Misalnya, ketika seseorang mengucapkan kata “buku”, anak tersebut mungkin berpikir “kubu”, sehingga anak tersebut tidak dapat menggabungkan bunyi dan huruf dengan tepat.
2. Disleksia Disnemkinesia / Developmental
Masalah utamanya adalah ingatan dan gerakan motorik yang menyebabkan anak membolak-balik huruf dalam kalimat. Perkembangan kemampuan visual khusus yang terhambat membuat anak sulit mengenali huruf p,q,b,d. Kemudian anak akan kesulitan membuat kata dan membangun kosa kata. Sehingga anak akan sangat lambat dalam membacanya. Contohnya saat terdapat kata “hidup” anak bisa saja membaca atau menulisnya menjadi “hudip” atau “dupih” (huruf-hurufnya benar namun urutannya salah).
3. Disleksia Diseldesia / Visual
Penderita disleksia ini dapat melihat dengan baik tetapi tidak dapat membedakan, mengingat kata, gambar, dan angka. Ciri-cirinya misalnya sulit membedakan kata atau huruf yang hampir sama, misalnya bas-pas dan ubi-ibu. Anak juga sulit untuk membaca kata atau kalimat dan mengartikan kata secara keseluruhan, sehingga kalimat yang mereka baca tidak beraturan. Membacanya juga tidak bisa runtut mulai dari kata pertama, kedua, dan seterusnya. Ingatan jangka pendeknya membuat anak sulit mengenali kata atau informasi secara berurutan.
Lalu bagaimana cara belajar yang efektif untuk anak-anak yang mengalami disleksia? Nantikan jawabannya di artikel selanjutnya!
Sumber Kutipan
Filasofa, L. M., & Miswati. (2021). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Penyandang Disleksia: Studi Kasus Pada Lembaga Pendidikan Di Indonesia. JoECCE: Journal of Early Childhood and Character Education, 1(1), 54-71. Retrieved from https://journal.walisongo.ac.id/index.php/joecce/article/view/6615/3116
