“Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Begitulah kutipan pembukaan UUD 1945 Negara Republik Indonesia. Kutipan tersebut menujukkan sikap bangsa Indonesia yang berpihak kepada kemanusiaan dan keadilan. Sayangnya, kemerdekaan yang kita rasakan saat ini masih belum bisa dirasakan oleh saudara kita di Palestina.
Sudah lebih dari 75 tahun penjajahan yang dialami oleh Palestina. Korban jiwa berjatuhan setiap harinya dan bertambah sering waktu. Bahkan mirisnya, banyak anak-anak dan perempuan sipil yang tewas akibat penjajahan ini . Seluruh dunia mengecam tindakan mereka namun mereka masih berdalih. Anehnya, masih saja ada negara-negara “maju” yang mendukung penjajahan yang merka lakukan.
Dari Tamu Menjadi Penjajah
Sungguh heran ketika kita melihat kilas balik bagaimana mereka datang ke tanah Palestina. Mereka datang dan memohon untuk diberikan tempat tinggal akibat peristiwa yang mereka alami, salah satunya peristiwa Holocaust. Mereka diserang karena perilaku bangsa Yahudi kala itu yang sangat dibenci oleh berbagai negara, di mana mereka sering berbuat kerusakan dan kegaduhan. Bangsa Yahudi kemudian berlarian dan bersembunyi ke berbagai negara.
Pada 29-31 Agustus 1897 Theodor Herzl mempimpin kongres zionis pertama yang menciptakan kesepakatan mendirikan negara untuk bangsa Yahudi. Keinginan mereka didukung oleh Inggris yang kala itu memenangkan Perang Dunia I. Warga Yahudi mulai berdatangan dan membeli tanah di wilayah Palestina dengan dukungan pandanaan kuat dari bankir-bankir Yahudi di Eropa. Merasa didukung oleh negara adikuasa, bangsa Yahudi semakin semena-mena menggerus tanah Palestina dan mengusir warga-warga Arab-Palestina yang sejak dulu tinggal di Palestina.
Rafah Saat Ini
Rafah merupakan wilayah pengungsian yang berlokasi di bagian ujung selatan Palestina. “Jika bukan Rafah, maka kemana lagi mereka akan mengungsi?” Begitulah ujaran kekhawatiran beberapa aktivis Palestina di tanah air. Warga Palestina diminta mengungsi ke Rafah yang disebut “Safe Zone” berdasarkan selebaran yang disebarkan oleh para penjajah. Namun ternyata Rafah diserang kembali habis-habisan sehingga menewaskan banyak korban jiwa setiap harinya.
Pada Ahad (26/5) lalu, di Rafah setidaknya 40 warga sipil yang diantaranya wanita dan anak-anak tewas terkena serangan udara penjajah. Palestine Red Crescent Society (PRCS) atau Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa mereka mengangkut banyak jenazah dan warga yang terluka sehingga meyebabkan rumah sakit setempat sudah tidak mampu menampung pasien. Krisis semakin memburuk karena akses air dan listrik yang sulit.
36.000 Warga Palestina Tewas
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 45 orang tewas ketika kobaran api melanda sebuah kamp pengungsi akibat serangan penjajah pada Ahad (26/5/2024) termasuk 23 wanita, anak-anak dan orang lanjut usia. Menurut CNBC (31/5) korban jiwa akibat serangan penjajahan yang dialami Palestina menembus 36.000 jiwa. Menurut Kementrian Kesehatan Gaza, setidaknya korban jiwa yang tewas selama tujuh bulan serangan penjajah sebanyak 36.171 jiwa. Bahkan dalam sekitar 24 jam terakhir (31/5), jumlah warga Palestina yang tewas sudah mencapai angka 75 jiwa dan terus bertambah.
Namun, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Washington tidak percaya bahwa tindakan penjajahan di Rafah merupakan operasi skala penuh yang akan melanggar “garis merah” Biden. Biden sebelumnya mengatakan bahwa dia tidak akan mendukung serangan besar-besaran militer Israel di Rafah, tempat satu juta warga sipil telah melarikan diri dan awal bulan ini menghentikan pengiriman bom berat ke Israel karena kekhawatiran bom tersebut dapat digunakan untuk menyerang kota Gaza selatan. Ujarannya ternyata haya sebuah permainan retorika. Karena ia hanya tidak mendukung penyerangan besar-besaran dan masih membiarkan penyerangan yang sedikit-sedikit.
Warga Palestina tewas bukan hanya akibat serangan para penjajah namun juga karena berbagai faktor seperti kelaparan, malnutrisi dan penyiksaan yang dilakukan oleh para tentara penjajah setiap harinya. Mari kita lihat data kondisi Palestina pada Ahad (26/5) menurut CNBC sebagai berikut.
Korban jiwa masih terus bertambah setiap harinya. Mari jangan lupakan untuk selalu mendoakan saudara kira di Palestina dan tidak bosan dalam menyebarluaskan berita tentang Palestina. Semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada saudara kita di Palestina, aamiin.
#FreePalestine
Sumber:
- Republika: https://republika.id/posts/47141/sejarah-lengkap-penjajahan-israel-atas-palestina
- NU Online: https://www.nu.or.id/nasional/prof-quraish-shihab-jelaskan-awal-mula-pendudukan-israel-di-palestina-UMOYO
- NU Online: https://nu.or.id/internasional/serangan-israel-ke-zona-aman-kamp-pengungsi-di-rafah-tewaskan-40-warga-sipil-palestina-NXTVm
- Detik News: https://news.detik.com/foto-news/d-7362848/warga-palestina-berbondong-melarikan-diri-dari-rafah/3
