Bulan suci Ramadhan telah berlalu, tentu kita mengharapkan supaya Allah SWT menerima seluruh amalan yang kita lakukan pada bulan Ramadhan. Bagaimana tidak? kita menahan lapar dan haus dari subuh hari hingga waktu maghrib, melaksanakan tarawih, memperbanyak tilawah Al-Qur’an, bersedekah, dll. Semua tiada lain kita lakukan demi mendapatkan pahala kebaikan yang Allah janjikan. Sungguh sangat sayang jika semua amalan itu ternyata sia-sia dan tidak bernilai apapun di hadapan Allah SWT.
Namun perlu diklarifikasi bahwa tanda-tanda yang tercantum dalam artikel ini bukanlah indikator pasti bahwa Allah menerima amalan-amalan Ramadhan kita. Tanda-tanda ini termaktub dalam beberapa keterangan dan bisa kita jadikan sebagai acuan dan motivasi untuk senantiasa meningkatkan kualitas amalan kita. Lalu apa saja tanda-tanda Allah menerima amalan Ramadhan kita? Mari simak dalam artikel berikut ini!
Allah mudahkan puasa sunnah setelah Ramadhan
Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan bahwa membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan merupakan tanda diterimanya amal puasa di bulan Ramadhan. Sesungguhnya Allah jika menerima suatu amal hamba, maka Allah beri ia taufik untuk melakukan amal shalih setelahnya. [1] Darinya kita bisa mengethui bahwa amalan yang baik akan mengantarkan kita pada amalan yang baik pula. Begitupun sebaliknya, jika ternyata kita malah terjerumus kedalam keburukan setelah melakukan amalam shalih, bisa jadi itu merupakan tanda bahwa amalan kita tertolak na’idzubillah. Sekarang mari kita tanyakan pada diri kita sendiri. Bagaimana kondisi kita di bulan Syawal ini? Apakah semakin bertambah amal shalih atau justru sebaliknya?
Allah jauhkan dari kebathilan
Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan tetap mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya”. Senada dengan hadits riwayat Ibnu Majah yang artinya, “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja”. [2] Sungguh sayang bagi mereka yang telah berjam-jam menahan lapar dan haus namun tidak tertulis apapun dalam buku catatan amal mereka. Dari hadis diatas, bisa kita ambil pelajaran bahwa puasa dan kebathilan adalah dua hal yang berlawanan dan tidak bisa bersatu. Saat amalan puasa kita Allah terima, sudah tentu Allah akan menjauhkan kita dari kebathilan seperti berkata dusta.
Pengaruh positif pada kehidupan kita
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97,
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [3]
Jika kita tafakuri, keadaan kehidupan kita sebetulnya memiliki hubungan erat dengan amal-amal kita. Jika kita terbiasa beramal buruk, kita akan merasakan kehidupan yang luas ini terasa seolah sempit dan tidak ada ketenangan. Namun jika kita mengisi kehidupan dengan amal-amal shalih, kehidupan kita yang sederhana dan serba berkecukupan akan senantiasa terasa begitu luas dan penuh kedamaian. Begitupun dengan amalan kita selama bulan Ramadhan lalu yang pasti berpengaruh pada kehidupan kita setelah kepergiannya.
Perlu kita ketahui bahwa kita tidak bisa mengidentifikasi secara pasti bahwa suatu amal itu Allah terima atau tidak. Adapun tanda-tanda diatas adalah tanda-tanda umum yang bisa kita lihat dan merupakan penafsiran dari para mufasir. Bagi kita, dalam setiap amal yang kita lakukan kita harus senantiasa berusaha beramal sebaik-baiknya dan berbaik sangka bahwa Allah akan menerima amalan kita, meskipun kita beramal dengan sedikit ilmu dan banyak amalan kita yang masih berkekurangan. Karena sesungguhnya Allah adalah Rabb kita yang Maha Pemurah lagi Maha Bijaksana. wallahu a’lam bi shawwab.
